Desa Situwangi

Kec. Rakit
Kab. Banjarnegara - Jawa Tengah

Info

Artikel

SEJARAH DESA SITUWANGI

Administrator

12 Februari 2024

676 Kali dibuka

SEJARAH SINGKAT DESA SITUWANGI

 

           Pada Tahun 1825 sampai dengan 1830, Perang Pangeran Diponegoro di daerah Mataram, Kraton Solo pada waktu itu Bubar, Para Pegawai – Pegawai Kraton, Tumenggung – Tumenggung bubar pergi ke Daerah – Daerah lain, mencari perlindungan / mencari keselamatan, dan ada Tumenggung yang sampai ke Desa yang sekarang dinamakan  “ SITUWANGI “

           Adapun Tumenggung – Tumenggung yang sampai ke Desa yang sekarang dinamakan Desa “ SITUWANGI “ adalah sebagai berikut :

  1. Tumenggung Mangunjiwa;
  2. Ki Djongbranti bersama Istri;
  3. Ki Suratirta

Ketiga orang pergi dari Kraton Solo menuju ke barat sampai di tepi Sungai Serayu dengan naik Kuda Dawuk bernama  :  KYAI PINGIT ,  kuda tersebut yang selalu menjadi sarana perjalanan, biasa di cancang pada pohon : Pinang dukuh karang mangu, tiap harinya kuda dawuk yang bernama  : KYAI PINGIT Oleh Ki Tumenggung Mangunjiwa di mandikan di Sungai Situ, sehabis memandikan kuda, Ki Tumenggung Mangunjiwa berjemur bersandarkan batu ( saat ini batunya masih ada  ) , tempat tersebut akhirnya diberi nama “ PEKARINGAN “lokasinya disebelah Masjid Dukuh Kalipenggung. Kuda bernama : KYAI PINGIT , mati dan dikubur di Dukuh Pekaringan, di Dukuh itu tahu bahwa ada Situ ( belik bahasa jawa ) , Tumenggung Mangunjiwa sambil istirahat mandi di Siton tersebut, selama mandi melihat ke kanan dan kekiri , dan merasa mengapa berbau wangi, akhirnya dukuh tersebut diberi nama  “  SITUWANGI “  .

SITU      =   SITON  ( belik bahasa jawa )

WANGI   =   Airnya berbau wangi.

           Tumenggung Mangunjiwa setelah mandi melanjutkan perjalanannya ke utara, dan bertemu dengan Ki Djongbranti dan Ki Suratirta, di perbatasan dengan Desa Karangnangka. Tiga orang tersebut bertemu dengan para brandal – brandal ( penjahat ), akhirnya perang dengan para brandal – brandal yang akan berbuat jahat, para brandal kalah, darah dari para brandal yang meninggal banyak sekali, sehingga mayat – mayat terapung di atas darah yang mengalir di Solokan yang di apit oleh dua gerumbul dan akhirnya Solokan ( kali bahasa jawa ) di beri nama  “ Kali Lampitdan mayat – mayat terapung di atas darah ( kambang – kambang bahasa jawa ) , mengalir di Kali yang sekarang disebut Kali Lampit , maka dukuh tersebut diberi nama : PENAMBANGAN

           Tumenggung Mangunjiwa dengan kawan – kawan setelah brandal – brandal meninggal semua, lalu jalan – jalan menuju ke utara dan disitu merasa bahwa darahnya para brandal berbau  “ LANGU “ ( bahasa jawa ) dukuh tersebut diberi nama : “ MARGA LANGU “ 

MARGA       = sabab-sabab bertemunya Tumenggung Mangunjiwa dengan  para    brandal

LANGU      = darahnya para brandal yang meninggal berbau  “LANGU “

Karena di Dukuh tersebut merasa kurang nyaman dan bau langu tak ada hentinya, maka Tumenggung Mangunjiwa dan kawan – kawan pindah ke dukuh sebelah timur menghindar  bau yang langu , selanjutnya dukuh tersebut diberi nama  : “ SEMINGKIR “ .

Semingkir  ( bahasa jawa ) artinya pindah tempat. Ki Tumenggung Mangunjiwa dan Ki Djongbranti dan Ki Suratirta, melanjutkan perjalanan menuju ke arah selatan dan disitu berbagi tugas ada yang ke selatan dan ada yang kearah barat. Tumenggung Mangunjiwa menunggu di dukuh itu dan Ki Suratirta yang jalan – jalan kearah barat setelah sampai di sebelah timur dukuh “ Marga Langu “ disitu sambil menugaskan seorang warga yang di suruh  untuk memasang alat penangkap informasi di pekarangan / mendengarkan  khabar apakah dalam suasana aman apakah dalam keadaan bahaya , karena selalu merasa dihantui . Maka Ki Suratirta memberi nama dukuh tersebut diberi nama :“KARANGPASANG “ Lalu Ki Suratirta kembali menemui ki Tumenggung Mangunjiwa selama beberapa hari sambil lalar – lalar ( bahasa jawa ) atau Kontrol  / survai, akhirnya dukuh tersebut diberi nama : Dusun “ PELALAR “

Ki Djongbranti lanjut usia dan sampai akhir khayatnya di Dusun Pelalar beliau di makamkan pertama kali di Tanah Pekuburan Pelalar, maka Makam tersebut diberi tanda disekitar makam ditandai tumpukan batu yang diberi pintu sebelah selatan untuk lewat para peziarah, dan Makam tersebut diberi nama :“Makam Ki Djongbranti  “Pada saat itu Pemerintahan Desa Situwangi di pegang oleh Ki Lurah KHASANDIKRAMA  beliau juga berasal dari Kraton Mataram dan konon ceritanya pernah menjadi Santri Sunan Gripit dan kata orang memiliki aji sipat rolas , setelah meninggal diberi kehidupan lagi di lain daerah dan berwujud seperti layaknya manusia biasa. Konon ceritanya Ki Djongbranti di uji kesaktiannya oleh Ki Lurah Khasandikrama  karena Ki Djongbranti pernah mengeluarkan kata – kata yang mungkin agak sombong , Ki Lurah Khasandikrama katanya bisa berujud menjadi Macan “ Harimau “  supaya tidak kena sangsi lalu berkelai dengan Ki Djongbranti seakan – akan Ki Djongbranti dimangsa oleh harimau tersebut dan Ki Djongbranti kalah, dan  luka - luka nya tidak dapat disembuhkan hingga tutup usia Ki Djongbranti dimakamkan di tanah pakuburan Dusun pelalar, yang ceritanya tanah tersebut wakaf dari Ki Lurah Khasandikrama , memang tanah sekitarnya sebagai saksi dan menjadi tanah waris dari keturunan Ki Lurah Khasandikrama. Ki Lurah Khasandikrama juga wafat dan dimakamkan di tanah pakuburan Dusun Pelalar berdampingan dengan istrinya, disebelah barat laut  makam Ki Djongbranti.

Istri Ki Djongbranti semakin merasa ketakutan dan akhirnya ditemani olek Ki Suratirta di ajak berlindung di dukuh Semingkir sampai akhir khayatnya kedua orang tersebut dan di makamkan di tanah pekuburan Semingkir juga orang yang pertama kali di kubur di pekuburan tersebut, akhirnya Makam tersebut diberi nama : Makam  “ Djongbranti Putri “ dan Ki Suratirta juga tutupusia di Dusun semingkir akhirnya di makamkan di tanah pekuburan Semingkir sebelah utara makam Djongbranti Putri.

Selanjutnya Ki Tumenggung Mangunjiwa sendirian dan melanjutkan perjalanannya menuju kearah barat daya sambil istirahat duduk duduk dengan merasa heran karena didepannya ada buah dukuh yang jatuh lantas dukuh tersebut dimakan sebagai obat rasa haus. Akhirnya grumbul tersebut diberi nama : Grumbul “ Dukuh “saat itu pohon dukuh yang sedang berbuah hanya satu ya itu digrumbul yang berdampingan dengan Dusun Kalipenggung, mungkin dukuh yang jatuh didepan Ki Tumenggung Mangunjiwa dukuh bawaan  hewan bernama “ Kalong “  maka grumbul yang ada pohon dukuhnya dan sedang berbuah dan selalu berkurang – berkurang jadi grumbul tersebut diberi nama : “ KALONGAN “

KRATON PEJAJARAN :

Putri dari Kraton Pejajaran bernama : Dewi  “ SEKAR TANJUNG “ dan memakai nama samaran SEKAR GADING , datang di desa Situwangi, berpakaian :

  • Kain lurik limaran
  • Baju warna hijau pupus gadung
  • Ciutan trowongan

Selanjutnya Dewi Sekar Tanjung memberi pesan kepada penduduk di Desa Situwangi antara lain sebagai berikut ;

  1. Anak cucuku turun 7 sampai 8 jangan sampai ada orang Situwangi memakai pakaian yang menyamai Dewi Sekar Tanjung, bila ada yang menyamai akan terkena musibah ( celaka )

Catatan :Ada yang memakai salah satu dari pakaian tersebut diatas,  akhirnya orangnya gila ( sakit ingatan ) beberapa kali, sampai saat ini tidak ada orang Desa Situwangi yang memakai pakaian semacam pakaian Dewi Sekar Tanjung.

  1. Apabila ada keramaian di Desa Situwangi, yang memakai tanggapan ( bahasa jawa ) Tayuban, reyog, wayang kulit, wayang golek, embeg, Harus didahului dengan lancaran ( lagu ) :
  2. Sekar Gadung
  3. Gunung Sari
  4. Eling – eling

           Tujuan Dewi Sekar Tanjung sampai di tepi Sungai Serayu , dan tau bahwa ada Siton ( belik bahasa jawa ) beliau istirahat disitu, dan terus mandi pada waktu mandi tidak diketahui orang hanya sebagian pakaian yang disampirkan di tepi Siton lalu pakaian tersebut bercahaya dan berwarna – warni yang melengkung di atas awan jadilah cahaya tersebut diberi nama :“ Kuwung “ kata orang tua. Dewi Sekar Tanjung merasa dalam hatinya, ada Siton namun airnya berbau wangi , keheranan apakah ini Siton berbau Wangi dan berpakaian lagi kain limaran, baju hijau pupus gadung, ciutan ( selendang ) trowongan, selesai berpakaian lalu Dewi Sekar Tanjung terhadap Siton yang berbau wangi  tersebut memberi nama “ Situwangi “

           Setelah itu, ada orang datang ( tidak dikenal namanya ) menanyakan kepada putri itu :

           - Siapa namanya             :    Jawab Sekar Tanjung

           - Dari mana asalnya        :    Jawab Kraton Pejajaran

           - Mau kemana                 :    Jawab Tanpa Arah ( ngelana ) bahasa jawa                 - Tujuan          :           Jawab Mencari Saudara Lelakinya yang pergi dari Kraton Pejajaran ( Jawaban samaran , karena andaikata dijawab apa adanya beliau malu mencari suaminya ).

           Dewi Sekar Tanjung, karena belum bertemu dengan suaminya, melanjutkan perjalanan ke timur sampai dengan sekarang dinamai Desa Tanjunganom dan disana ceritanya bertemu dengan lelaki yang sedang bertapa lalu bertanya Dewi sekar Tanjung kepada pertapa tersebut jawab petapa , nama saya “ Abimanyu “ sekian sekilas cerita sesampainya di Desa Tanjung Anom.

           Kembali ke Desa Situwangi. Setelah orang yang bertemu dengan Dewi Sekar Tanjung, lalu melaporkan kepada Ki Tumenggung Mangunjiwa, bahwa di Siton yang berbau Wangi , baru saja ada putri mandi disitu dan kami bertanya kepada beliau, dijawab aku Dewi Sekar Gadung, dari Kraton Pejajaran sedang mencari saudara lelakinya yang pergi dari Kraton, namun sampai saat ini belum bertemu, lantas beliau pergi ke Timur tersebut diatas.

           Tumenggung Mangunjiwa, setelah mendengar laporan dari penduduknya, terus pergi mencari putri tersebut, menuju ke Situwangi, namun tidak ada, Tumenggung  Mangunjiwa terus melacak ( mencari ) keberadaan Dewi Sekar Tanjung, di tengah – tengah perjalanan sesaat ( mangu – mangu ) dukuh tersebut diberi nama  : “ Karang Mangu

           Tumengung Mangujiwa “ Mengarang disitu dengan mangu  -  mangu , kemana Dewi Sekar Gadung, akhirnya Tumenggung Mangunjiwa bertapa di kuburan untuk mendapatkan petunjuk dari tuhan yang Maha Esa dimana tempatnya Dewi Sekar Tanjung.

           Ditengah kuburan kelihatan ada sungai kecil, oleh Tumenggung Mangunjiwa dukuh tersebut diberi nama “ KALIPENGGUNG

K a l i : Ditengah – tengah kuburan ada sungainya

P e ng : Ngepeng ( mohon petunjuk )

G u ng : Hyang Agung ( Tuhan Yang Maha Esa )

Tumenggung Mangunjiwa sampai tidak ketemu dengan Dewi Sekar Tanjung, karena Dewi Sekar Tanjung pergi ke Desa Tanjung Anom ( sekarang ).

Ki Tumenggung Mangunjiwa , semakin lanjut usia dan sebelum meninggal, beliau berwasiat kepada warga, bahwa nanti setelah aku Ki Tumenggung Mangunjiwa meninggal, Kuda kesayangannya yang diberi nama Kiyai Pingit , pasti mencari sang majikan. Dan tiada orang yang berani mendekat apalagi menaikinya, bila  kuda tersebut mencari dan berlari ke arah mana, karena kuda tersebut memiliki ke istimewaan,  tolong carilah kuda tersebut dengan menyelusuri tapak kaki kuda  bila ketemu bekas tapak kaki kuda yang berada di atas batu,  maka sampaikan kepada warga di dusun tersebut , Dusun yang ada telapak kaki Kuda Kiyai Pingit, berilah nama Desa itu  “ Desa Pingit “  bukan hanya itu yang menjadi wasiat Ki Tumenggung Mangunjiwa ,  yaitu : Bila aku meninggal, mohon di makamkan di tepi kali yang berada ditengah kuburan. Benar  !!setelah Ki Tumenggung Mangujiwa tutup usia, beliau di Makamkan di tanah pakuburan  ditepi kali ( bahasa jawa ) yang berada ditengah Kuburan Dusun Kali penggung , makam tersebut dibeteng segi empat hanya disebelah selatan dikosongi untuk lewat para peziarah . Memang Makamnya dipinggir kali , dan yang dimakamkan Ki Tumenggung , jadi sesuai dengan nama dusun tersebut.

Pada Tahun  + 1897 di Desa Situwangi ada 3 orang pimpinan ( Kepala Desa )

  1. Situwangi dipimpin Ki Mustaram
  2. Kalipenggung dipimpin Ki Wirasemita
  3. Semingkir dipimpin Ki Sadiwirya

Pada Tahun 1921 3 ( tiga ) Desa tersebut diatas, di gabung ( disepok ) menjadi satu dan bermusyawarah di dukuh Pritik Desa Gelang , masing – masing tegang untuk mendapatkan kemenangan lalu di adakan undian, dan yang berhasil ialah Ki Wirasemita yang asalnya Desa Kalipenggung.

Undian nama Desa, salah satu yang akan dipilih, undian mendapatkan hasil nama “ SITUWANGI “ dengan Kepala Desa Ki WIRASEMITA dari tahun 1897 s/d 1945

Tahun     1897  s/d  1921  Ki Mustaram

Tahun 1922  s/d  1944  Ki Sadiwirya

Tahun     1945  s/d  1975  Ki Tirtawiyata

 

Pada masa transisi dari pemerintahan Ki Sadiwirya saat itu pemilihan Kepala Desa masih dengan cara tradisional dengan cara tawonan mana yang banyak dibelakangnya ya itu yang menang waktu itu antara Ki Tirtawiyata dengan Ki Partawijaya  , ternyata Ki Tirtawiyata yang banyak pengikutnya maka yang ditetapkan sebagai Kepala Desa adalah Ki Tirtawiyata, dan dibantu Perangkat Desa Antara lain  :

 

Ki Sameja sebagai Carik Ki Kartasuwanda sebagai Polisi untuk wilayah Kalipenggung , Ki Suhemi untuk wilayah Situwangi, Ki Mudasir untuk wilayah Pelalar, Ki Amad Ngali untuk wilayah Semingkir, Ki Tadiwirya untuk wilayah Karangpasang.

Adapun Kepala Dusun ( Bau ) istilah dulu , Ki Martadiwirya untuk Wilayah Kalipenggung, Ki Suhemi dari Polisi naik menjadi Bau untuk wilayah Situwangi, Ki Partadiwirya untuk wilayah Semingkir dan Karangpasang

Kayim satu Desa hanya dua orang yaitu : Ki Kastawi untuk wilayah Kalipenggung Situwangi dan Pelalar. Ki Yasawikrama untuk wilayah Semingkir dan Karangpasang.

Adapun Kebayan untuk wilayah Kalipenggung adalah Ki Martadi, Ki Muhemi untuk wilayah Situwangi, Ki Sutarno untuk Wilayah Pelalar, Ki Arsawitana di Bantu oleh putranya Ki Wiryasentika alias Mispan untuk wilayah Semingkir dan Karangpasang.

Pada masa pemerintahan Kepala Desa Ki Tirtawiyata Pemerintahan Kabupaten dipimpin oleh Bupati Kalapaking yang terkenal dengan sebutan “ Kanjeng Banjar “  yang konon critanya terkenal akan kesaktiannya dan putra dari Bupati Kala Paking ‘ Kanjeng Banjar “ sedang bermain ditepi sungai Irigasi yang diberi nama BTW , putra Bupati tersebut kendang ( bahasa jawa ) tergelincir dan sampai di kedung slarakan Setiu Situwangi            bangunan Belanda . Setelah di kedung tersebut banyak keanehan – keanehan : antara lain ada orang memancing dan mendapatkan ikan wader bang kuncung mas dan orang yang mendapatkan ikan tersebut tidak kuat dan akhirnya meninggal, lalu ikan tersebut dikembalikan ke kedung tersebut oleh keluarganya yang ditinggal

Lama – lama Bupati mendapatkan informasi bahwa di Desa Situwangi ada kedung yang bernama KedungSetiu disitu ada ikan aneh lalu istri Bupati Kolo Paking mengajak menuju lokasi tersebut dengan naik Kuda

setelah sampai , Bupati dan Bu Bupati turun dari Kuda lalu Kudanya lari sampai ke Kedung Setiu. Bupati Kolo Paking mengadakan sayembara, siapa yang bisa mengentaskan Kuda tersebut akan diberi Hadiyah dan mendapat gelar . Ada seorang laki – laki yang sanggup mengentaskan Kuda tersebut dan ternyata bisa mengangkat Kuda dengan tangan satu , maka laki – laki tersebut diberi Hadiyah dan diberi Gelar “ Ki Banteng Kuntet “ artinya orangnya kecil tapi tenaganya seperti banteng.

Setelah itu baru memikirkan anaknya yang berujud ikan wader berkuncung mas. Oleh Ibu Bupati sembari melihat Kedung , ikan yang berada di situ muncul semua sepertinya memberi penghormatan kepada Bupati Kolopaking sekalian Ibu. Ibu Bupati memancing , dan Ikan Wader ber Kuncung Mas tersebut kena lalu di bopong oleh Ibu Bupati dan ditutup Kain Putih tidak lama Ikan itu berubah menjadi anak laki – laki  yang diberi nama :

“ Raden  Purbaya “ . Pada saat ikan tersebut terangkat, IKAN yang berada di Kedung Setiu menghadap Bu Bupati beserta Kanjeng Banjar dan Pangeran Purbaya sepertinya sujud atau hormat .Lalu Pangeran Purbaya dibawa pulang Ke Pendopo Dipayuda Banjarnegara.

           Bupati Banjarnegara “ Kanjeng Banjar “ Kolo Paking namanya harum sampai – sampai Bupati Purbalingga merasa terkalahkan namanya. Maka selang beberapa bulan Bupati Purbalingga menantang Kanjeng Banjar untuk beradu kesaktian, Kanjeng Banjar di undang oleh Bupati Purbalingga, datanglah Kanjeng banjar naik Kuda sampai di Alun – alun Purbalingga bertemu dengan Bupati Purbalingga disitu mulai beradu kesaktian antara lain :

           Bupati Purbalingga mengisi cangkir dengan air sampai mundung . Bupati Banjar bisa menandingi

Sebaliknya Kanjeng Banjar menjaring ikan di Alun – alun Purbalingga dan mendapatkan ikan.

           Lalu Bupati Purbalingga tidak bisa menandinginya, akhirnya merasa kalah dan apa yang menjadi taruhannya, ialah Pohon beringin yang ada di Alun – alun Purbalingga .

Pohon Beringin yang kian besar dicabut oleh Kanjeng Banjar dan dipindah ke Alun – Alun Banjarnegara yang sekarang ada. Lantas Alun – alun Purbalingga mengganti Pohon Beringin baru yang sekarang ada .Pada masa Pemerintahan dipegang oleh Ki Tirtawiyata , Bau Karangpasang dan Semingkir di Pimpin oleh Ki Partawijaya saat itu belanda masih berkeliaran di Bumi Indonesia.

Ki Partawijaya , satu-satunya perangkat desa yang ditakuti oleh masyarakat sampai-sampai kalau masyarakat sedang melakukan gotong-royong , ko ada yang dolanan (bahasa jawa) itu di getak oleh Ki Partawijaya , orang tersebut kepoyuh-poyuh ( bahasa jawa) karena konon ceritanya Ki Partawijaya memiliki aji “ Getak Semarangan “.Banyak jasa beliau diantaranya :

Jembatan Rawa Bhakti sampai sekarang ;

Jalan yang melintasi wangan mati , dulunya naik turun tapi kerja keras Ki Partawijaya dengan gotong-royong masyarakat, menjadi rata seperti sekarang , diwilayah seputar wangan mati keselatan di sebut Dusun Brubahan karena ada tiga tempat yang dulunya akan di lewati saluran irigasi , yang pertama disebelah Resmil , tidak jadi maka disebut wangan mati; yang kedua disebelah utara Masjid Al – Hikmah dan yang terahir yang saat ini ada.

Cerita lain tentang Ki Partawijaya :

Pada masa belanda Ki Partawijaya sekutu dengan Tentara Indonesia beliau menguasai wilayah perbatasan Banjarnegara dengan Purbalingga untuk menyelamatkan warga masyarakat dari ancaman belanda dan beliau kerjasama dengan Ki Dipasuwarno Bukateja, beliau secara lahir gabung dengan Belanda, namun batin ingin menyelamatkan warga masyarakat Indonesia jadi kerjasamanya dengan Ki Partawijaya, Ki Dipasuwarno mengerti rencana-rencana belanda jadi kebocoran tersebut sampai ke Ki Partawijaya melalui warganya sebagai mata-mata dengan cara menyamar ( bahasa jawa) kalau mau kasih informasi ke Ki Partawijaya utusan warga secara nyamar pakai tudung baju kotor.

 

 

Pada masa pemerintahan desa yang dipimpin oleh Ki Tirtawiyata dari Tahun 1945 dengan Perangkatnya Yaitu :

Carik                                         :    Pak Sameja     diganti :                               Pak Suwardi Hidayat

Bau     Kalipenggung                  :    Arsamenawi     diganti : Pak Martadiwirya

Bau     Situwangi                        :    Wangsawijaya  diganti : Pak Suhemi           

Bau     Pelalar                            :    Kartawijaya     diganti :                               Ki Sugeng

Bau     Semingkir + Kr. Pasang   :    Partawijaya     diganti :                          Pak Amadaris

           Pada masa pemerintahan desa yang dipimpin oleh Ki Tirtawiyata dari Tahun 1945 s/d 1975 , Ki Tirtawiyata purna tugas dan mengangkat Pj . Kepala Desa ( Kartiker ) istilah dulu. Pada waktu itu Ki Suhemi Polisi Situwangi, di angkat sebagai Kartiker ( Pj. Kepala Desa ) s/d Kepala Desa Devinitif .

Kirim Komentar

Nama
Telp./HP
E-mail

Komentar

Captha

Komentar Facebook

Aparatur Desa

Kepala Desa

SUTRISNO

Sekretaris Desa

MARJUB FAOZAN

Kaur Perencanaan

AHMAD PUJIANTO

Kaur Keuangan

SRI NAENAH

Kaur TU dan Umum

BASIRUN

Kasi Pemerintahan

NUR WAHIDAH

Kasi Kesejahteraan

AMIN WAHYUDIN

Kasi Pelayanan

BAEDOH

Kepala Dusun 01

AJI NUROKHIM

Kepala Dusun 02

NUR ROHMAN

Kepala Dusun 03

MUSTAQIM

Kepala Dusun 04

MUKHTAR

Kepala Dusun 05

SUSANTO

Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri

Desa Situwangi

Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah

Agenda

Belum ada agenda terdata

Sinergi Program

Komentar

Media Sosial

Statistik Pengunjung

Hari ini:40
Kemarin:38
Total:14.307
Sistem Operasi:Unknown Platform
IP Address:3.140.195.190
Browser:Mozilla 5.0

Lokasi Kantor Desa

Latitude:-7.437507095787936
Longitude:109.5131000876427

Desa Situwangi, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara - Jawa Tengah

Buka Peta

Wilayah Desa